BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS
create your own banner at mybannermaker.com!

Saturday, December 25, 2010

Menghindari Karakter Buruk

By: UmmuZaidTaqy

Bismillahirrahmaanirrahiim...


Dengan senantiasa mengingat Allah di setiap detik, menit, jam2 yang terus bergulir tanpa terasa. Begitu pula saat ini, MENUNGGU..menunggu jadi bahan inspirasi ana untuk mencoba menulis kembali.
Saat yang tidak mau tersia-siakan, berusaha memanfaatkan detik2 yang berlalu..Hmm..usia...cepat sekali kau pergi..


Ya Rabbi..semoga bisa bermanfaat bagi semua.



Berbagai fenomena kehidupan yang tentunya banyak dialami oleh sebagian orang. Termasuk diri ana pribadi. Kehidupan ini banyak warna, karakter..Yaa, Karakter. Dari sabang sampai merauke..dari tanah abang sampai rawa bangke..halagh ,, yang jelas, banyak karakter manusia pokoknya di belahan dunia ini. Perbedaan demi perbedaan bisa saja terjadi, karena beda bangsa, ras, suku, agama,usia, lingkungan, komunitas, bahkan obsesi atau keinginan yang memicu perbedaan. Jika kita berbicara masalah sifat seorang individu, ada yang ramah, ada yang cuek; ada yang sopan, disisi lain ada yang sombong;ada yang baik ada yang buruk. Nah..pandangan baik atau buruk yang disematkan kedalam pribadi masing2 jiwa itu..bisa juga berbeda, berbeda sisi pemahaman.Wah..so complex yaa..


Dapat membaur ditengah keragaman, bukan suatu yang mudah. butuh proses dan juga pengertian dan pemahaman jiwa dan logika kedewasaan sikap. Tentu idealnya..mau dunk diterima tanpa embel2 keterpaksaan...
Nah..karena itulah, normalnya manusia tuh, inginnya menerima segala sesuatu yang baik-baik,karakter yang baik dan sangat-sangat sulit menerima sesuatu karakter buruk.Sunnatullah..
Tapiii..di lingkungan sosial, menerima perilaku negatif seseorang tuh luaaar biasa sulit. Butuh ekstra sabar dan nerimo dari kita. Masih bagus lah jika hanya menarik nafas, dan mengelus-elus dada..sabar..sabar..fhuuiih....
Membaca pengamatan seseorang, banyak dijumpai karakter2 negatif di lingkungan sosial kita seperti berkata kasar dan sinis, sumpah serapah,iri dengki, sombong,dan ada pula yg tidak sportif.

Naluri terdalam seseorang yang normal, tentunya ga suka dunk dengan perlakuan negatif dari orang yang tertuju buat diri kita. O..Ow..
Tapi..
Stop dulu deh berbicara diri orang lain. Bisa jadi loh, diri kita sendiri yang memiliki karakter2 negatif itu.Kadang, di luar ucapan dan hati terdalam kita, membenci karakter negatif yang ada di orang, namun ga sadar(biasanya).. jika, ternyata kita seperti berkaca atau bercermin , karakter itu ada di diri kita satu, dua, tiga, atau dalam jumlah yang lebih yang kita tidak menyangka. Sebelum berkomentar tentang perilaku orang, betapa kita tidak nyamannya dengan sikap negatif orang, tanyalah dulu, ada tidak karakter negatif itu di diri kita??
Mengetahui lebih dulu lebih baik daripada sudah membuat tidak nyaman orang lain atas sikap kita. Instropeksi..sepertinya lebih tepat untuk kita mengakui dan mengobati penyakit hati kita.

Jika kita sudah tahu ada penyakit hati kita yang terealisasi dalam perbuatan kita. Terima saja dulu dengan pasrah, sadar, sabar dan tidak "gengsi" mau mengobatinya.
Lalu..bagaimana cara mengobatinya yaa..???
Jiwa yang "sakit" tidak serta merta instant sembuh.Dibutuhkan keimanan dan kedewasaan, berharap penuh dari Allah kita bisa mengatasinya.Jiwa yang sakit,mesti ditelusuri dulu darimana asal muasalnya, apakah dari kekecewaan..?? kesedihan yang berkepanjangan..?? amarah..?? dendam..?? tidak menerima kenyataan diri..??.Karena karakter-karakter tersebut, bisa dengan mudah merubah perilaku atau karakter baik menjadi karakter yang terburuk.Innalillah...

Sepertinya keimanan dan keilmuan dalam mendalami Islam,juga sangat berperan disini. Jiwa yang sedang sakit, memang membutuhkan sebuah advise untuk bisa memotivasi diri untuk pulih. Tidak bisa orang lain atau pihak lain yang berperan gencar dalam proses penyembuhan tadi, tapi harus diri kita sendiri. Berfikir cerdas, dan tidak perlu gengsi dan egois dengan tetap berlindung dibalik karakter buruk kita. Hey..kita hidup berdampingan dengan orang lain, bukan hidup sendiri. Kehidupan sosial kita tidak terlepas dari lingkungan. Akankah mereka kan nyaman, dengan keukeuhnya kita atas karakter buruk kita, tentunya tidak khan?? Coba renungi, jika ada orang yang berkarakter buruk pada kita, akankah kita nyaman??

Banyak bersyukur, mencari kelebihan kita namun bukan untuk kesombongan, berfikir positif atas tindakan orang, terus mengasah diri dengan keilmuan, melihat sekitar bahwa masih ada orang yang mempunyai kekurangan dibanding kita, berusaha ikhlas atas sikap orang lain kepada kita, hilangkan prasangka2 negatif atas reaksi orang. Tersenyum mungkin bisa mengobati sedikit demi sedikit rasa sakit itu.Bismillah..dengan hati yang selalu lapang,perlahan karakter buruk itu akan sirna.

Nah..itu dari sisi intern kita, lalu..bagaimana jika di pihak yang mendapatkan perilaku buruk orang.

Waah..wah,,ini dia yang butuh energi lebih, menghadapi orang yang selalu berprasangka buruk, iri, dengki, tidak suka akan kebaikan orang, tidak ada satupun dari kita yang bisa membahagiakan dia, tidak ada satupun yang menarik dari kita,benci dan dendam pada kita apalagi jika kita membantunya dan lain-lain.

Padahal, ana yakin..setiap diri itu fitrahnya baik, tidak mungkin lah..dia berbuat itu jika tidak ada faktor pemicunya. Lalu..akankah terus, melakukan keburukan sepanjang hidup yang singkat. Useless..sia-sia..!! terus sibuk mengurusi orang, padahal waktu terus bergulir meninggalkan kita. mencari berbagai cara, dengan dalih untuk penyembuhan diri, tapi terus bersikap buruk pula ke orang lain. Na'udzubillah.

“Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang karenanya.” (QS. Ali Imran: 120)
“Apakah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya?” (QS. An Nisaa’: 54)

Sebagai manusia biasa yang awam dan dhoif, tentunya masih terbesit untuk melawan keburukan2 yang ada. Tapi, bila kita yakin Allah masih ada Allah yang senantiasa melihat kita dari setiap detail tingkah laku kita. Kesombongan jangan dibalas dengan kesombongan,kejahatan fisik atau sekedar kata2 yang kasar sekalipun, jangan dibalas hal serupa. Berilah tausiyah yang seperlunya, atau lebih baik "diam" dan terus berharap ada perubahan yang signifikan. Ingat yaaa..do'anya pun harus tulus, jangan pernah ada terbesit sedikitpun keterpaksaan.

Tapi, terkadang...sangat sulit memberi nasehat kepada orang yang sudah terjangkit penyakit hati tadi. Belum tentu loh..dia itu orang yang kadar amalnya dibawah kita, belum tentu juga ia dari golongan rendahan, yang namanya penyakit hati bisa terjangkit dari kalangan manapun, dari orang terdekat, kerabat, teman sejawat, atau sekomunitas.

Karena itu, diberi atau tidak, didiamkan atau ambil tindakan tidak ada yang benar. Hmm..jadi teringat, kisah berikut..pas sekali, momennya, ustadz bercerita ini.


Pada suatu hari luqman bersama anaknya pergi ke pasar, dia berdua dengan anaknya mengendarai seekor khimar, namanya juga jalan menuju pasar tentunya ramai dan sering ketemu orang-orang baik yang berangkat maupun pergi ke pasar, anda tentunya tahu kalau khimar itu kecil daripada kuda, dan agak menghawatirkan jika dinaiki dua orang, seandainya anda bisa kembali kezaman luqman mungkin anda akan setuju dengan orang-orang yang saat itu bertemu dengan lukman dan anaknya yang mengendarai satu khimar, mereka bilang " weh-weh-weh orang ini nggak punya perasaan terhadap hewan, khimar kok dinaiki dua orang".

Mendengar celoteh orang yang dijumpai dalam perjalanannya, akhirnya luqman turun dari khimarnya dan membiarkan anaknya duduk diatas khimar sementara sang ayah memegang kendali sambil berjalan kaki, menurut anda, jika anda bertemu dengan hal semacam ini, apakah anda akan membenarkan ataukah anda akan bersikap seperti orang-orang yang menemui luqman dan anaknya pada kali keduanya, mereka berkata : "waduh-waduh, benar-benar tidak sopan anak ini, dia naik khimar santai sedangkan ayahnya menuntun sambil berjalan kaki".

Luqman juga manusia, mendengar kata seperti itu tentunya, perasaannya tergugah untuk bersikap yang benar terhadap kendaraan yang satu itu, kemudian luqman naik khimar dan anaknya yang memegang kendali sambil berjalan kaki, dangan harapan orang tidak lagi menganggap anaknya tidak punya sopan santun terhadap orang tuanya. Setujukah anda dengan sikap luqman yang ketiga ini? Ataukah anda akan mendukung orang-orang yang bertemu mereka kali ketiga dan berkata : "Loh-loh-loh, kok ada orang tua yang naik khimar dan anaknya disuruh menuntun khimar, dimana pikirannya".

Serentak luqman meloncat turun dan memutuskan untuk sama-sama berjalan kaki bersama anaknya dan membiarkan khimar tidak dinaiki siapa-siapa, sebab setiap ketemu orang selalu saja salah dalam mengambil keputusan, akhirnya mereka berdua berjalan kaki dan menuntun khimarnya, kira-kira apakah anda mendukung keputusan yang diambil luqman tersebut? Sebab jika dua orang naik satu khimar orang akan bilang tidak punya rasa terhadap hewan, jika anaknya yang menaiki dan ayahnya menuntun khimar, orang akan menganggap anak tak punya akhlaq, jika sang ayah yang menaiki dan anaknya menuntun khimar, orang akan bilang ayah tak sayang anak, bagaimana apakah anda setuju dengan keputusan tersebut?

Luqman akhirnya ketemu dengan orang-orang pada kali keempat, sambil berkata : "ha ha ha, orang ini bagaimana? Ada kendaraan(khimar) kok nggak dinaiki malahan milih jalan kaki, dan khimarnya dituntun". Mendengar hal tersebut kemudian luqman dan anaknya berhenti dan mengambil keputusan terakhir, bahwa apapun yang kita putuskan akan mengandung resiko, bahkan ketika kita diam disini pun nanti orang akan bilang "ngapain dua orang dan seekor khimar diam disini".

Sekarang sudah jelas, bahwa lakukanlah apa yang kau putuskan dan semua itu punya resiko, jangan terlalu takut dengan kritikan orang, sebab apapun yang anda putuskan tetap saja orang lain akan mengkritik bahkan anda diam pun akan di kritik, lakukanlah yang terbaik dengan resiko yang paling kecil, mari menulis sebaik yang kita bisa, biar orang-orang itu tidak berkata : "dasar khimar! Bisanya cuman diam saja".



Hmm..bagus sekali..dalaaam benar penggambaran kisah tadi :P

Jadi, tidak perlu gusar, resah, apalagi kesal jika dipertemukan dengan karakter buruk orang ke kita. Ujung2nya malah jadi sakit hati, dan bisa saja kita jadi ikut melakukan hal yang sama dengannya, jangan terpancing emosi kita tetap jernihkan pikiran, jangan membalas atau melabrak,jangan menjelek-jelekkan,berbaik sangka, dan yang paling penting berusaha maafkan dan memahami mereka. Bisa..???

Membaca syair berikut, moga menambah deret keyakinan kita agar bisa menghindar dari karakter buruk..


Sesungguhnya orang-orang yang mulia lagi terhormat.. PASTI engkau jumpai banyak yang dengki kepada mereka. 
Dan engkau pasti tidak akan menjumpai orang-orang yang tercela ada yang dengki kepada mereka...

Sesungguhnya Anda tidak akan dapat mengekang mulut manusia untuk tidak menebar kebohongan tentang kehormatan Anda,


tetapi.. Anda mampu berbuat kebaikan dan menghindari ucapan dan kritikan mereka.
Selanjutnya terus mendo'akannya, semoga ada kekuatan Allah mengakhiri penyakit2 yang ada di diri kita semua.


Ya Allah..jauhkan hati ini dari sikap sedemikian..Lindungi selalu yaa Rabbi..Lindungilah dari peran dominan syaithon yang selalu mengganggu yang selalu berusaha menjerumuskan kita ke perilaku2 yang buruk...dan semoga selalu istiqomah berbuat kebaikan dimanapun berada.

Amiin..amin yaa Rabbal 'alamin.

0 comments:

Post a Comment