BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS
create your own banner at mybannermaker.com!

Wednesday, June 30, 2010

JANGAN ADA DENDAM......



Memang ga gampang loh...memaafkan orang yang minta maaf ke kita, langsung menerima maafnya dengan sekali tepuk seolah-olah ga ada kejadian lalu yang buat sakiiit hati ini...apalagi,untuk minta maaf duluan....iiihh...ga banget,gengsi dong..gengsi....

Menyembuhkan luka batin atau nyembuhin perasaan itu katanya sih lebih sulit ketimbang nyembuhin luka fisik. Bagi banyak orang, katanya sih lebih baik tubuh tertusuk pedang ketimbang ditusuk lidah dengan omongan yang nggak enak plus nggak sedap.
Biasanya, kita akan ingat terus dengan orang yang menyakiti kita, sampai-sampai ga akan habis diobati sama waktu....biar waktu yang menyembuhkan....(kata siapa..??^_^) mau sebulan, 2 bulan, sampai bertahun-tahun pun...namanya perasaan itu akan tetap ada,even semua hal yang berbau dia, dibuang, dimusnahkan, bahkan dengar namanya saja...sampai mual...phobia gitu deh...

Nah kalo tiba-tiba, dia minta maaf..??? kira-kira apa tindakan kita..???

Ajang balas dendam lagi kah..?? Aji Mumpung..?? it's show time...buat jatuhkan dia..???

Hmm.. kalo ngikutin hawa nafsu sih, kita pengennya nyiksa perasaan dia juga. Kayaknya sampe sujud juga nggak bakalan dikasih maaf kali tuh. Mau nangis darah dan ngesot-ngesot juga kayaknya nggak bakalan kita maafkan kesalahannya. Saking kesel dan gondoknya tentu. Duilee sebegitu sadisnya ya!

Kasus lainnya adalah meminta maaf. Ini juga hampir sama sulitnya dengan ngasih maaf. Gimana nggak, kadang gengsi juga bikin kita malas minta maaf. Apalagi mungkin menurut kita hal itu sepele. Jangan salah, banyak lho orang yang sulit meminta maaf. Kayaknya tuh lidah udah dipaku sehingga satu kata pernyataan maaf pun tak keluar dari mulut kita.

Kita malah cuek dan merasa benar sendiri. Kita jadi gengsi dan merasa tak perlu meminta maaf, apalagi kepada orang yang levelnya lebih rendah dari kita. Kita khawatir menjadi rendah di hadapan orang yang kita anggap status sosial maupun intelektualitasnya di bawah kita (ah, masa’ iya sih?)

DENDAM

Dendam dalam bahasa Arab di sebut hiqid, ialah "Mengandung permusuhan didalam batin dan menanti-nanti waktu yang terbaik untuk melepaskan dendamnya, menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakit hati dengan mencelakakan orang yang di dendami"

Memberi maaf dan meminta maaf seharusnya menjadi budaya yang baik di antara kita. Apa sih susahnya ngasih maaf, dan apa sih sulitnya minta maaf? Rasa-rasanya, itu hal yang kecil tapi dibesar-besarkan deh. Bner deh, Allah saja Maha Pengampun kepada hambaNya, masa’ sih kita kejam dan nggak mau sedikit pun ngasih maaf kepada teman kita. Dan, apakah kita udah ngerasa benar dan sempurna banget di hadapan manusia lain sehingga nggak perlu minta maaf? Rasulullah saw. saja mengajarkan bagaimana menghormati sahabat-sahabatnya. Tentu saja, jika beliau mau menghormati dan lemah-lembut kepada sahabatnya, maka sudah bisa dipastikan bahwa beliau pun mau dan biasa meminta maaf kepada sahabat-sahabatnya.

Di dalam ash-Shahihain dari hadis Aisyah ra, dari Nabi saw., beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menyukai kelemah-lembutan dalam segala urusan.”(HR Bukhari dan Muslim)

Gondok sama orang boleh aja. Tapi bukan berarti harus terus-terusan dipelihara. Selain capek ati, juga kita jadi keras hati. Salah-salah malah jadi pendendam. Memang sakit banget kalo dihina sama seseorang. Kita bisa kecewa jika dikhianati, kita bisa muak jika dibohongi. Tapi, bukan berarti kita terus memendam perasaan itu apalagi berniat tak akan pernah memaafkannya sampe batas waktu yang ga bisa ditentukan. (astaghfirullah..mang nya yakin waktunya ga abis duluan!)

Hidup di dunia ini memang penuh lika-liku kehidupan. Ada suka ada duka, ada kecewa ada bahagia, ada pengkhianatan ada pembelaan, ada kebohongan ada kejujuran. Kita pernah merasakannya, atau bahkan memberikan ketidaksukaan kepada orang lain. Kecewa boleh, sakit hati boleh, tapi jika hal itu dipelihara dalam kurun waktu yang lama, bahkan diabadikan dalam ruang batin kita, tentunya akan menyiksa kita. Selain itu, kita akan terus selamanya mendendam kepada orang yang telah melukai perasaan kita. Dampak lainnya kita bisa saja jadi orang yang traumatis, frustasi dan mungkin saja minder karena telah dihinakan oleh orang lain. Akibatnya, yang menjadi masalah bukan benar-salah, melainkan apa untungnya dan apa ruginya buat kita.

Jika benar-salah bukan lagi pertimbangan, tapi yang jadi pertimbangan adalah untung-rugi apa jadinya dunia ini? Padahal, bisa jadi memang dia salah kepada kita. Tapi, apakah dia akan selamanya salah? Nggak juga kan? Sama seperti kita, apa ketika kita berbuat benar, kemudian selamanya akan benar? Nggak ada jaminan tuh! Kita juga nggak mau dianggap salah terus, padahal kita udah berusaha untuk menjadi lebih baik. Iya kan? Nah, cobalah dipikir ulang soal ini.

Rasulullah saw. pernah menyampaikan sabdanya: “Shadaqah tidak mengurangi sebagian dari harta, dan Allah tidak menambah kepada seorang hamba karena maaf melainkan kemuliaan, dan seseorang tidak bertawadhu’ karena Allah, melainkan Allah meninggikannya.” (Ibnu Qudamah, dalam kitab Minhajul Qashidin, hlm. 233)

Dari Uqbah bin Amir, dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzhalimimu.” (HR Ahmad, al-Hakim, dan al-Baghawy)

Subhanallah, Rasulullah saw. telah mengajarkan kita untuk lemah-lembut, bahkan kepada orang yang telah menzhalimi kita. Kita ngasih maaf kepada orang yang udah ngelukain hati kita. Hebat. Padahal, banyak di antara kita yang masih gengsi karena ego kita yang gede banget. Ngerasa hal itu amat hina jika dilakukan. Tapi Rasulullah saw., yang lebih mulia dari kita, mengajarkan kita untuk gampang ngasih maaf, bahkan kepada orang yang telah menzhalimi kita. Agak sulit memang, tapi bisa dicoba.

Ketika kita meyakini bahwa dendam, sakit hati, dan kebencian adalah jawaban paling benar di dunia ini, dan itu satu-satunya jawaban, maka pengetahuan, pengalaman, dan kesadaran kita akan kalah, tak berguna, dan lumpuh total.

Nah, nggak mungkin kan selamanya kita dendam sama orang? Emang sih, sebelum kita tahu banyak hal tentang kehidupan dunia ini, kayaknya kitalah yang ngerasa paling benar atas apa yang kita lakukan. Kita menghibur diri kita bahwa kita wajar ngelakuin apa pun yang kita suka. Termasuk menjadi pendendam. Tapi ketika begitu banyak menyimak ‘hikmah’ dari segala peristiwa di dunia ini, kita mulai sadar. Kita akan lebih bijak menikmati dunia ini. Pengetahuan, pengalaman, dan kesadaran kita akan menjadikan kita dewasa dan bukan mustahil kalo akhirnya kita mau menerima perbedaan, mau mengampuni orang-orang yang telah berbuat buruk kepada kita. Karena kita tahu dan yakin, bahwa tak selamanya manusia itu buruk, dan tak selalu manusia itu berbuat baik. Manusia tuh dinamis. Asal kita mau mengubah (kepada kebaikan tentunya), insya Allah bisa. setujuu....?

JADILAH PEMAAF

Oya, sikap pemaaf adalah suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam bahasa Arab sifat pemaaf tersebut disebut dengan al-‘afwu yang secara etimologis berarti kelebihan atau yang berlebih, sebagai mana yang terdapat dalam ayat: “Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang berlebih dari keperluan...” (QS al-Baqarah [2]: 219)

Penjelasannya yaitu... yang berlebih seharusnya diberikan agar keluar. Dari pengertian mengeluarkan yang berlebih itu, kata al-‘afwu kemudian berkembang maknanya menjadi menghapus. Dalam konteks bahasa ini memaafkan berarti menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati. (M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, hlm. 247)

Dalam riwayat al-Bukhari, dari hadist Ibnu Abbas ra, bahwa ada seseorang yang meminta izin untuk bertemu Umar bin Khaththab. Setelah orang itu diizinkan, dia berkata, “Wahai Ibnul-Khaththab, demi Allah, engkau tidak memberi kami yang banyak dan tidak membuat keputusan di antara kami secara adil”.
Umar pun marah besar mendengarnya, bahkan hampir saja dia memukulnya. Al-Hurr bin Qais segera berkata, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah pernah berfirman kepada Nabi saw., ‘Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh’ (QS al-A’raaf [7]: 199). Dia adalah termasuk orang-orang yang bodoh.”

Maka Umar pun mengurungkan niatnya untuk menghajar orang itu setelah dibacakan ayat ini. Setelah itu pikirannya terus menerawang terhadap Kitab Allah (Ibnu Qudamah, Minhajul Qashidin, hlm. 228)

Hmmm....Kalau sudah jadi orang yang pendendam biasanya kita akan memikirkan terus masa lalu kita. Kita akan tetap merasa kecewa dan sakit hati kepada mereka yang telah melukai perasaan kita. Kita akan memeliharanya dalam jangka waktu lama. Kita tetap begitu, padahal orang lain sudah berubah. Setiap kali inget orang yang telah menzhalimi kita, kita bertambah sebal dan rajin menyiapkan strategi untuk membalas luka di hati kita. Kalo setiap saat kita begitu, bisa-bisa bikin stres deh. Asli..!!. Hidup ini untuk dinikmati dengan benar dan baik. Bukan dengan stres. Mulailah bersikap dewasa dan menghargai setiap perubahan. Ya, kita harus menghargai. Kalo dulu teman kita menghina kita, tapi kini ketika dia meminta maaf kepada kita, berarti insya Allah dia udah mulai berubah. Setidaknya ingin menghapus kejahatannya kepada kita.

Semoga kita gampang memaafkan orang yang telah menzhalimi kita sekali pun. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita untuk sabar, lemah lembut, dan pemaaf.

So, itu sebabnya menjadi pendendam itu nggak baik. Nggak ada untungnya juga. Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari; keduanya bertemu tapi saling memalingkan mukanya. Dan yang paling baik di antara keduanya ialah yang memulai lebih dahulu mengucapkan salam” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Jadi, mulai sekarang berlapang dadalah. Juga harus ngakuin bahwa setiap manusia pasti punya kesalahan. Permintaan maaf itu sebagai bukti bahwa ia pernah berbuat salah dan ingin menebusnya. Karena definisi dari maaf itu sendiri adalah pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda, dsb) karena suatu kesalahan. Mau kan kita mengampuni mereka yang telah berbuat salah kepada kita?

Bukan hal yang mustahil, kita juga bisa jadi pernah (atau bahkan sering?) berbuat salah, dan orang lain juga pernah berbuat salah dan menyakitkan kepada kita. Itu sebabnya, kita harus mengakui kenyataan ini dan berusaha untuk bersikap bijak. Tak ada manusia yang terus berbuat salah dan tak ada manusia yang selamanya berbuat baik. Dengan demikian, yang lebih oke adalah mereka yang saling memaafkan dengan sesamanya.

Akur dong ya? Siiip!


Read More......

Monday, June 28, 2010

Umar bin Abdul Azis Radhiallahu Anha(61 - 101 H)

Saat itu tengah malam di kota Madinah. Kebanyakan warga kota sudah tidur. Umar bin Khatab r.a. berjalan menyelusuri jalan-jalan di kota. Dia coba untuk tidak melewatkan satupun dari pengamatannya. Menjelang dini hari, pria ini lelah dan memutuskan untuk beristirahat. Tanpa sengaja, terdengarlah olehnya percakapan antara ibu dan anak perempuannya dari dalam rumah dekat dia beristirahat.

“Nak, campurkanlah susu yang engkau perah tadi dengan air,” kata sang ibu.
“Jangan ibu. Amirul mukminin sudah membuat peraturan untuk tidak menjual susu yang dicampur air,” jawab sang anak.

“Tapi banyak orang melakukannya Nak, campurlah sedikit saja. Tho insyaallah Amirul Mukminin tidak mengetahuinya,” kata sang ibu mencoba meyakinkan anaknya.
“Ibu, Amirul Mukminin mungkin tidak mengetahuinya. Tapi, Rab dari Amirul Mukminin pasti melihatnya,” tegas si anak menolak.

Mendengar percakapan ini, berurailah air mata pria ini. Karena subuh menjelang, bersegeralah dia ke masjid untuk memimpin shalat Subuh. Sesampai di rumah, dipanggilah anaknya untuk menghadap dan berkata, “Wahai Ashim putra Umar bin Khattab. Sesungguhnya tadi malam saya mendengar percakapan istimewa. Pergilah kamu ke rumah si anu dan selidikilah keluarganya.”

Ashim bin Umar bin Khattab melaksanakan perintah ayahndanya yang tak lain memang Umar bin Khattab, Khalifah kedua yang bergelar Amirul Mukminin. Sekembalinya dari penyelidikan, dia menghadap ayahnya dan mendengar ayahnya berkata,
“Pergi dan temuilah mereka. Lamarlah anak gadisnya itu untuk menjadi isterimu. Aku lihat insyaallah ia akan memberi berkah kepadamu dan anak keturunanmu. Mudah-mudahan pula ia dapat memberi keturunan yang akan menjadi pemimpin bangsa.”

Begitulah, menikahlah Ashim bin Umar bin Khattab dengan anak gadis tersebut. Dari pernikahan ini, Umar bin Khattab dikaruniai cucu perempuan bernama Laila, yang nantinya dikenal dengan Ummi Ashim. Suatu malam setelah itu, Umar bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat seorang pemuda dari keturunannya, bernama Umar, dengan kening yang cacat karena luka. Pemuda ini memimpin umat Islam seperti dia memimpin umat Islam. Mimpi ini diceritakan hanya kepada keluarganya saja. Saat Umar meninggal, cerita ini tetap terpendam di antara keluarganya.

Pada saat kakeknya Amirul Mukminin Umar bin Khattab terbunuh pada tahun 644 Masehi, Ummi Ashim turut menghadiri pemakamannya. Kemudian Ummi Ashim menjalani 12 tahun kekhalifahan Ustman bin Affan sampai terbunuh pada tahun 656 Maserhi. Setelah itu, Ummi Ashim juga ikut menyaksikan 5 tahun kekhalifahan Imam Ali bin Abi Thalib r.a. Hingga akhirnya Muawiyah berkuasa dan mendirikan Dinasti Umayyah.

Pergantian sistem kekhalifahan ke sistem dinasti ini sangat berdampak pada Negara Islam saat itu. Penguasa mulai memerintah dalam kemewahan. Setelah penguasa yang mewah, penyakit-penyakit yang lain mulai tumbuh dan bersemi. Ambisi kekuasaan dan kekuatan, penumpukan kekayaan, dan korupsi mewarnai sejarah Islam dalam Dinasti Umayyah. Negara bertambah luas, penduduk bertambah banyak, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang, tapi orang-orang semakin merindukan ukhuwah persaudaraan, keadilan dan kesahajaan Ali, Utsman, Umar, dan Abu Bakar. Status kaya-miskin mulai terlihat jelas, posisi pejabat-rakyat mulai terasa. Kafir dhimni pun mengeluhkan resahnya, “Sesungguhnya kami merindukan Umar, dia datang ke sini menanyakan kabar dan bisnis kami. Dia tanyakan juga apakah ada hukum-hukumnya yang merugikan kami. Kami ikhlas membayar pajak berapapun yang dia minta. Sekarang, kami membayar pajak karena takut.”

Kemudian Muawiyah membaiat anaknya Yazid bin Muawiyah menjadi penggantinya. Tindakan Muawiyah ini adalah awal malapetaka dinasti Umayyah yang dia buat sendiri. Yazid bukanlah seorang amir yang semestinya. Kezaliman dilegalkan dan tindakannya yang paling disesali adalah membunuh sahabat-sahabat Rasul serta cucunya Husein bin Ali bin Abi Thalib. Yazid mati menggenaskan tiga hari setelah dia membunuh Husein.

Akan tetapi, putra Yazid, Muawiyah bin Yazid, adalah seorang ahli ibadah. Dia menyadari kesalahan kakeknya dan ayahnya dan menolak menggantikan ayahnya. Dia memilih pergi dan singgasana dinasti Umayah kosong. Terjadilah rebutan kekuasaan dikalangan bani Umayah. Abdullah bin Zubeir, seorang sahabat utama Rasulullah dicalonkan untuk menjadi amirul mukminin. Namun, kelicikan mengantarkan Marwan bin Hakam, bani Umayah dari keluarga Hakam, untuk mengisi posisi kosong itu dan meneruskan sistem dinasti. Marwan bin Hakam memimpin selama sepuluh tahun lebih dan lebih zalim daripada Yazid.




Kelahiran Umar bin Abdul Aziz



Saat itu, Ummi Ashim menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan. Abdul Aziz adalah Gubernur Mesir di era khalifah Abdul Malik bin Marwan (685 - 705 M) yang merupakan kakaknya. Abdul Mallik bin Marwan adalah seorang shaleh, ahli fiqh dan tafsir, serta raja yang baik terlepas dari permasalahan ummat yang diwarisi oleh ayahnya (Marwan bin Hakam) saat itu.

Dari perkawinan itu, lahirlah Umar bin Abdul Aziz. Beliau dilahirkan di Halawan, kampung yang terletak di Mesir, pada tahun 61 Hijrah. Umar kecil hidup dalam lingkungan istana dan mewah. Saat masih kecil Umar mendapat kecelakaan. Tanpa sengaja seekor kuda jantan menendangnya sehingga keningnya robek hingga tulang keningnya terlihat. Semua orang panik dan menangis, kecuali Abdul Aziz seketika tersentak dan tersenyum. Seraya mengobati luka Umar kecil, dia berujar,



“Bergembiralah engkau wahai Ummi Ashim. Mimpi Umar bin Khattab insyaallah terwujud, dialah anak dari keturunan Umayyah yang akan memperbaiki bangsa ini.“

Umar bin Abdul Aziz menuntut ilmu sejak beliau masih kecil. Beliau sentiasa berada di dalam majlis ilmu bersama-sama dengan orang-orang yang pakar di dalam bidang fikih dan juga ulama-ulama. Beliau telah menghafaz al-Quran sejak masih kecil. Merantau ke Madinah untuk menimba ilmu pengetahuan. Beliau telah berguru dengan beberapa tokoh terkemuka spt Imam Malik b. Anas, Urwah b. Zubair, Abdullah b. Jaafar, Yusuf b. Abdullah dan sebagainya. Kemudian beliau melanjutkan pelajaran dengan beberapa tokoh terkenal di Mesir.

Semasa Khalifah Walid bin Abdul Malik memerintah, beliau memegang jawatan gabernur Madinah/Hijaz dan berjaya mentadbir wilayah itu dengan baik. Ketika itu usianya lebih kurang 28 tahun. Pada zaman Sulaiman bin Abdul Malik memerintah, beliau dilantik menjadi menteri kanan dan penasihat utama khalifah. Pada masa itu usianya 33 tahun.

Umar bin Abdul Aziz mempersunting Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan sebagai istrinya. Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan adalah putri dari khalifah Abdul Malik bin Marwan. Demikian juga, keempat saudaranya pun semua khalifah, yaitu Al Walid Sulaiman, Al Yazid, dan Hisyam. Ketika Fatimah dipinang untuk Umar bin Abdul Aziz, pada waktu itu Umar masih layaknya orang kebanyakan bukan sebagai calon pemangku jabatan khalifah.





Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai Khalifah



Atas wasiat yang dikeluarkan oleh khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah pada usianya 37 tahun. Beliau dilantik menjadi Khalifah selepas kematian Sulaiman bin Abdul Malik tetapi beliau tidak suka kepada pelantikan tersebut. Lalu beliau memerintahkan supaya memanggil orang ramai untuk mendirikan sembahyang. Selepas itu orang ramai mula berpusu-pusu pergi ke masjid. Apabila mereka semua telah berkumpul, beliau bangun menyampaikan ucapan. Lantas beliau mengucapkan puji-pujian kepada Allah dan berselawat kepada Nabi s.a.w kemudian beliau berkata:

“Wahai sekalian umat manusia! Aku telah diuji untuk memegang tugas ini tanpa meminta pandangan daripada aku terlebih dahulu dan bukan juga permintaan daripada aku serta tidak dibincangkan bersama dengan umat Islam. Sekarang aku membatalkan baiah yang kamu berikan kepada aku dan pilihlah seorang Khalifah yang kamu reda”.

Tiba-tiba orang ramai serentak berkata:

“Kami telah memilih kamu wahai Amirul Mukminin dan kami juga reda kepada kamu. Oleh yang demikian perintahlah kami dengan kebaikan dan keberkatan”.

Lalu beliau berpesan kepada orang ramai supaya bertakwa, zuhud kepada kekayaan dunia dan mendorong mereka supaya cintakan akhirat kemudian beliau berkata pula kepada mereka: “Wahai sekalian umat manusia! Sesiapa yang taat kepada Allah, dia wajib ditaati dan sesiapa yang tidak taat kepada Allah, dia tidak wajib ditaati oleh sesiapapun. Wahai sekalian umat manusia! Taatlah kamu kepada aku selagi aku taat kepada Allah di dalam memimpin kamu dan sekiranya aku tidak taat kepada Allah, janganlah sesiapa mentaati aku”. Setelah itu beliau turun dari mimbar.

Umar rahimahullah pernah menghimpunkan sekumpulan ahli fekah dan ulama kemudian beliau berkata kepada mereka: “Aku menghimpunkan kamu semua untuk bertanya pendapat tentang perkara yang berkaitan dengan barangan yang diambil secara zalim yang masih berada bersama-sama dengan keluarga aku?” Lalu mereka menjawab: “Wahai Amirul Mukminin! perkara tersebut berlaku bukan pada masa pemerintahan kamu dan dosa kezaliman tersebut ditanggung oleh orang yang mencerobohnya.” Walau bagaimanapun Umar tidak puas hati dengan jawapan tersebut sebaliknya beliau menerima pendapat daripada kumpulan yang lain termasuk anak beliau sendiri Abdul Malik yang berkata kepada beliau: “Aku berpendapat bahawa ia hendaklah dikembalikan kepada pemilik asalnya selagi kamu mengetahuinya. Sekiranya kamu tidak mengembalikannya, kamu akan menanggung dosa bersama-sama dengan orang yang mengambilnya secara zalim.” Umar berpuas hati mendengar pendapat tersebut lalu beliau mengembalikan semula barangan yang diambil secara zalim kepada pemilik asalnya.

Sesudah Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah dan Amirul Mukminin, Umar langsung mengajukan pilihan kepada Fatimah, isteri tercinta.

Umar berkata kepadanya, “Isteriku sayang, aku harap engkau memilih satu di antar dua.”
Fatimah bertanya kepada suaminya, “Memilih apa, kakanda?”


Umar bin Abdul Azz menerangkan, “Memilih antara perhiasan emas berlian yang kau pakai dengan Umar bin Abdul Aziz yang mendampingimu.”


Kata Fatimah, “Demi Allah, Aku tidak memilih pendamping lebih mulia daripadamu, ya Amirul Mukminin. Inilah emas permata dan seluruh perhiasanku.”



Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima semua perhiasan itu dan menyerahkannya ke Baitulmal, kas Negara kaum muslimin. Sementara Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya makan makanan rakyat biasa, yaitu roti dan garam sedikit.

Setelah menjadi khalifah, beliau mengubah beberapa perkara yang lebih mirip kepada sistem feodal. Di antara perubahan awal yang dilakukannya ialah :



1. Cacian terhadap Saidina Ali b Abu Thalib dan keluarganya yang disebut dalam khutbah-khutbah Jumaat dan digantikan dengan beberapa potongan ayat suci al-Quran.

2. Merampas kembali harta-harta yang disalahgunakan oleh keluarga Khalifah dan mengembalikannya ke Baitulmal.

3. Memecat pegawai-pegawai yang tidak cekap, menyalahgunakan kuasa dan pegawai yang tidak layak yang dilantik atas pengaruh keluarga Khalifah.

4. Menghapuskan pegawai pribadi bagi Khalifah sebagaimana yang diamalkan oleh Khalifah terdahulu. Ini membolehkan beliau bebas bergaul dengan rakyat jelata tanpa sekatan tidak seperti khalifah dahulu yang mempunyai pengawal peribadi dan askar-askar yang mengawal istana yang menyebabkan rakyat sukar berjumpa.


Selain daripada itu, beliau amat menitilberatkan tentang kebajikan rakyat miskin di mana beliau juga telah menaikkan gaji buruh sehingga ada yang menyamai gaji pegawai kerajaan.

Beliau juga amat menitikberatkan penghayatan agama di kalangan rakyatnya yang telah lalai dengan kemewahan dunia. Khalifah umar telah memerintahkan umatnya mendirikan solat secara berjammah dan masjid-masjid dijadikan tempat untuk mempelajari hukum Allah sebegaimana yang berlaku di zaman Rasulullah SAW dan para Khulafa’ Ar-Rasyidin. Baginda turut mengarahkan Muhammad b Abu Bakar Al-Hazni di Mekah agar mengumpul dan menyusun hadith-hadith Raulullah SAW. Beliau juga meriwayatkan hadis dari sejumlah tabiin lain dan banyak pula ulama hadis yang meriwayatkan hadis daripada beliau.

Dalam bidang ilmu pula, beliau telah mengarahkan cendikawan Islam supaya menterjemahkan buku-buku kedoktoran dan pelbagai bidang ilmu dari bahasa Greek, Latin dan Siryani ke dalam bahasa Arab supaya senang dipelajari oleh umat Islam.

Dalam mengukuhkan lagi dakwah Islamiyah, beliau telah menghantar 10 orang pakar hukum Islam ke Afrika Utara serta menghantar beberapa orang pendakwah kepada raja-raja India, Turki dan Barbar di Afrika Utara untuk mengajak mereka kepada Islam. Di samping itu juga beliau telah menghapuskan bayaran Jizyah yang dikenakan ke atas orang yang bukan Islam dengan harapan ramai yang akan memeluk Islam.


Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya telah menjadikan keadilan sebagai keutamaan pemerintahannya. Beliau ingin semua rakyat dilayani dengan adil tidak memandang keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat berjalan dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangan adalah menyamai keadilan di zaman kakeknya, Khalifah Umar Al-Khatab.


Pada masa pemerintahan beliau, kerajaan Umaiyyah semakin kuat tiada pemberontakan dalaman, kurang berlaku penyelewengan, rakyat mendapat layanan yang sewajarnya dan menjadi kaya-raya hinggakan Baitulmal penuh dengan harta zakat kerana tiada lagi orang yang mahu menerima zakat. Rakyat umumnya sudah kaya ataupun sekurang-kurangnya mau berdikari sendiri. Pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ra, pasukan kaum muslimin sudah mencapai pintu kota Paris di sebelah barat dan negeri Cina di sebelah timur. Pada waktu itu kekausaan pemerintahan di Portugal dan Spanyol berada di bawah kekuasaannya.


Kematian beliau


Beliau wafat pada tahun 101 Hijrah ketika berusia 39 tahun. Beliau memerintah hanya selama 2 tahun 5 bulan saja. Setelah beliau wafat, kekhalifahan digantikan oleh iparnya, Yazid bin Abdul Malik.


Muhammad bin Ali bin Al-Husin rahimahullah berkata tentang beliau: “Kamu telah sedia maklum bahwa setiap kaum mempunyai seorang tokoh yang menonjol dan tokoh yang menonjol dari kalangan Bani Umaiyyah ialah Umar bin Abdul Aziz, beliau akan dibangkitkan di hari kiamat kelak seolah-olah beliau satu umat yang berasingan.”

Terdapat banyak riwayat dan athar para sahabat yang menceritakan tentang keluruhan budinya. Di antaranya ialah :



1. At-Tirmizi meriwayatkan bahwa Umar Al-Khatab telah berkata : “Dari anakku (zuriatku) akan lahir seorang lelaki yang menyerupainya dari segi keberaniannya dan akan memenuhkan dunia dengan keadilan”.

2. Dari Zaid bin Aslam bahawa Anas bin Malik telah berkata : “Aku tidak pernah menjadi makmum di belakang imam selepas wafatnya Rasulullah SAW yang mana solat imam tersebut menyamai solat Rasulullah SAW melainkan daripada Umar bin Abdul Aziz dan beliau pada masa itu adalah Gabenor Madinah”.

3. Al-Walid bin Muslim menceritakan bahawa seorang lelaki dari Khurasan telah berkata : “Aku telah beberapa kali mendengar suara datang dalam mimpiku yang berbunyi : “Jika seorang yang berani dari Bani Marwan dilantik menjadi Khalifah, maka berilah baiah kepadanya kerana dia adalah pemimpin yang adil”.” Lalu aku menanti-nanti sehinggalah Umar b. Abdul Aziz menjadi Khalifah, akupun mendapatkannya dan memberi baiah kepadanya”.

4. Qais bin Jabir berkata : “Perbandingan Umar b Abdul Aziz di sisi Bani Ummaiyyah seperti orang yang beriman di kalangan keluarga Firaun”.

5. Hassan al-Qishab telah berkata :”Aku melihat serigala diternak bersama dengan sekumpulan kambing di zaman Khalifah Umar Ibnu Aziz”

6. Umar b Asid telah berkata :”Demi Allah, Umar Ibnu Aziz tidak meninggal dunia sehingga datang seorang lelaki dengan harta yang bertimbun dan lelaki tersebut berkata kepada orang ramai :”Ambillah hartaku ini sebanyak mana yang kamu mahu”. Tetapi tiada yang mahu menerimanya (kerana semua sudah kaya) dan sesungguhnya Umar telah menjadikan rakyatnya kaya-raya”.

7. ‘Atha’ telah berkata : “Umar Abdul Aziz mengumpulkan para fuqaha’ setiap malam. Mereka saling ingat memperingati di antara satu sama lain tentang mati dan hari qiamat, kemudian mereka sama-sama menangis kerana takut kepada azab Allah seolah-olah ada jenayah di antara mereka.”



(SELESAI)

Sumber : http://www.kisah.web.id

Read More......

Sunday, June 27, 2010

Mengenal Penyakit Herpes

Herpes test dilakukan untuk menemukan virus herpes yang disebut Herpes Simplex Virus (HSV). Infeksi akibat HSV bisa menimbulkan luka meski kecil namun terasa sakit dan tidak nyaman di permukaan kulit atau jaringan lapiran (serabut otot) di tenggorok, hidung, mulut, saluran kandung kemih, rectum dan vagina.

Infeksi herpes dapat menyebabkan sakit dengan satu jenis keluhan saja, namun ada juga dengan beberapa keluhan yang menyebabkan dia harus berbaring.

Ada dua jenis virus HSV :

* HSV tipe 1, menyebabkan demam seperti pilek dengan menimbulkan luka di bibir semacam sariawan. HSV jenis ini ditularkan melalui ciuman mulut atau bertukar alat makan seperti sendok – garpu (misalnya suap-suapan dengan teman). Virus tipe 1 ini juga bis amenimbulkan luka di sekitar alat kemaluan.

* HSV tipe 2; dapat menyebabkan luka di daerah alat vital sehingga suka disebut genital herpes, yag muncul luka-luka di seputar penis atau vagina. HSV 2 ini juga bisa menginfeksi bayi yang baru lahir jika dia dilahirkan secara normal dari ibu penderita herpes. HSV-2 ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini juga sesekali muncul di mulut. Dalam kasusu yang langka, HSV dapat menimbulkan infeksi di bagian tubuh lainnya seperti di mata dan otak.


Test HSV sebagian besar dilakukan hanya untuk mereka yang menderita HSV-2. Dalam kasus langka, test yang dilakukan menggunakan sampel yang berasal dari sumsum tulang belakang, darah, urin atau air mata. Untuk mengetahui apakah luka yang diderita akibat HSV, maka tes yang lain perly dilakukan. Misalnya dengan cara :

* Herpes Viral Culture : sel atau cairan dari luka diambil dengan katun bersih dan ditaruh dalam cawan untuk diteliti (kultur jaringan). Cara ini adalah cara yang paling populer ditempuh untuk menemukan jenis virus herpes genital.

* Herpes virus antigen detection test, sel-sel dari jaringan luka diambil dan kemudian diusapkan pada permukaan mikroskop untuk diteliti. Tes ini menemukan tanda-tanda (yang disebut antigen) pada permukaan sel yang terinfeksi oleh virus herpes. Tes ini dilakukan bersamaan dengan tes kultur jaringan.

* Polymerase chain reaction (PCR test) dilakukan pada sel atau cairan dari luka atau darah atau cairan lainnya, seperti dari sumsum tulang belakang. PCR ini akan menemukan materi gen (DNA) virus HSV. Tes ini bis amengungkap perbedaan antara HSV-1 dan HSV-2. Untuk melakukan tes ini lebih bagus hasilnya jika diambil dari jaringan sumsum tulangbelakang bukan dari cairan luka. Dalam kasus yang langka, herpes ini juga menginfeksi jaringan otak.

* Tes antibodi ; tes darah dapat menemukan antibodi yang berasal dari sistem kekebalan tubuh untuk menghajar infeksi herpes. Tes antibodi ini mudah dilakukan namun tidak seakurat jika dilakukan tes dengan kultur jaringan atau tes lain di atas. Lagipula dengan tes ini sulit untuk mendeteksi apakah Anda sudah pernah terkena HSV sebelumnya. Sehingga untuk lebih aman tes darah sudah cukup untuk bisa mendeteksi apakah seseorang terkena HSV-1 ataukah HSV-2.


Mengenali Gejala Herpes

Gejala yang paling umum adalah bentol berisi cairan yang terasa perih dan panas. Hal ini akan berlangsung beberap ahari. Bagi sebagian orang bintil kecil ini kemudian meluas tak hanya di wajah namun bisa di sekujur tubuh. Bisa juga tampak seperti jerawat. Sebagian lagi ada yang tidak mengalami hal ini namun merasa sakit saat berkemih (anyang-anyangan = istilah Jawa) dan pada wanita timbul keputihan. Rasa sakit dan panas di sekujur tubuh yang membuat tidak nyaman ini bisa berlangsung beberapa hari disertai sakit saat menelan, karena mungkin saja kelenjar getah bening sudah ikut terganggu.

Gejala ini datang dan pergi untuk beberapa waktu. Mungkin saja setelah sembuh, gejala ini “tidur” sementara waktu sampai setahun lamanya. Namun akan tiba-tiba saja nongol dalam beberapa minggu.

Kadangkala terasa gatal yang tak jelas di sebelah mana, kulit terasa terbakar di bagian tubuh tertentu disertai nyeri di daerah selangkangan atau sampai menjalar ke kaki bagian bawah.

Gejala herpes dapat melukai daerah :
- penis, buah zakar, anus, paha, pantat
- vagina, saluran kandung kemih

Apa yang Harus Dilakukan?

Segeralah ke dokter spesialis kulit dan kelamin untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Saat ini FDA sudah meluncurkan obat yang aman digunakan.

Pengaruhnya terhadap Wanita Hamil

Wanita yang positif hamil dan menderita herpes harus ekstra hati-hati menjaga kesehatan janin yang berada dalam kandungan. Sebab virus HSV ini bisa masuk melalui plasenta menuju kepada janin. Bayi juga dapat tertular HSV saat dia dilahirkan secara normal dari ibu penderita HSV. Sehingga untuk mencegah bayi tertular herpes, biasanya dokter akan menganjurkan ibu untuk melahirkan secara caesar.

Risiko bayi tertular herpes cukup tinggi (30%-50%) pada ibu hamil yang tertular herpes di awal kehamilan. Sebab saat itu sistem kekebalan tubuh ibu belum cukup mampu untuk membentuk antibodi yang memberikan perlindungan terhadap si janin.

Pengobatan yang tepat dan berhati-hati selama ibu hamil diharapkan dapat mencegah bayi dari tertular virus herpes. Demikian pula saat bayi sudah lahir, jangan biarkan dicium. Termasuk jika ibunya sedang pilek, jagan mencium bayi. Menjaga kebersihan saat bersama bayi amat penting mencegah bayi dari ketularan penyakit ini.

Read More......