BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS
create your own banner at mybannermaker.com!

Saturday, December 25, 2010

Menghindari Karakter Buruk

By: UmmuZaidTaqy

Bismillahirrahmaanirrahiim...


Dengan senantiasa mengingat Allah di setiap detik, menit, jam2 yang terus bergulir tanpa terasa. Begitu pula saat ini, MENUNGGU..menunggu jadi bahan inspirasi ana untuk mencoba menulis kembali.
Saat yang tidak mau tersia-siakan, berusaha memanfaatkan detik2 yang berlalu..Hmm..usia...cepat sekali kau pergi..


Ya Rabbi..semoga bisa bermanfaat bagi semua.



Berbagai fenomena kehidupan yang tentunya banyak dialami oleh sebagian orang. Termasuk diri ana pribadi. Kehidupan ini banyak warna, karakter..Yaa, Karakter. Dari sabang sampai merauke..dari tanah abang sampai rawa bangke..halagh ,, yang jelas, banyak karakter manusia pokoknya di belahan dunia ini. Perbedaan demi perbedaan bisa saja terjadi, karena beda bangsa, ras, suku, agama,usia, lingkungan, komunitas, bahkan obsesi atau keinginan yang memicu perbedaan. Jika kita berbicara masalah sifat seorang individu, ada yang ramah, ada yang cuek; ada yang sopan, disisi lain ada yang sombong;ada yang baik ada yang buruk. Nah..pandangan baik atau buruk yang disematkan kedalam pribadi masing2 jiwa itu..bisa juga berbeda, berbeda sisi pemahaman.Wah..so complex yaa..


Dapat membaur ditengah keragaman, bukan suatu yang mudah. butuh proses dan juga pengertian dan pemahaman jiwa dan logika kedewasaan sikap. Tentu idealnya..mau dunk diterima tanpa embel2 keterpaksaan...
Nah..karena itulah, normalnya manusia tuh, inginnya menerima segala sesuatu yang baik-baik,karakter yang baik dan sangat-sangat sulit menerima sesuatu karakter buruk.Sunnatullah..
Tapiii..di lingkungan sosial, menerima perilaku negatif seseorang tuh luaaar biasa sulit. Butuh ekstra sabar dan nerimo dari kita. Masih bagus lah jika hanya menarik nafas, dan mengelus-elus dada..sabar..sabar..fhuuiih....
Membaca pengamatan seseorang, banyak dijumpai karakter2 negatif di lingkungan sosial kita seperti berkata kasar dan sinis, sumpah serapah,iri dengki, sombong,dan ada pula yg tidak sportif.

Naluri terdalam seseorang yang normal, tentunya ga suka dunk dengan perlakuan negatif dari orang yang tertuju buat diri kita. O..Ow..
Tapi..
Stop dulu deh berbicara diri orang lain. Bisa jadi loh, diri kita sendiri yang memiliki karakter2 negatif itu.Kadang, di luar ucapan dan hati terdalam kita, membenci karakter negatif yang ada di orang, namun ga sadar(biasanya).. jika, ternyata kita seperti berkaca atau bercermin , karakter itu ada di diri kita satu, dua, tiga, atau dalam jumlah yang lebih yang kita tidak menyangka. Sebelum berkomentar tentang perilaku orang, betapa kita tidak nyamannya dengan sikap negatif orang, tanyalah dulu, ada tidak karakter negatif itu di diri kita??
Mengetahui lebih dulu lebih baik daripada sudah membuat tidak nyaman orang lain atas sikap kita. Instropeksi..sepertinya lebih tepat untuk kita mengakui dan mengobati penyakit hati kita.

Jika kita sudah tahu ada penyakit hati kita yang terealisasi dalam perbuatan kita. Terima saja dulu dengan pasrah, sadar, sabar dan tidak "gengsi" mau mengobatinya.
Lalu..bagaimana cara mengobatinya yaa..???
Jiwa yang "sakit" tidak serta merta instant sembuh.Dibutuhkan keimanan dan kedewasaan, berharap penuh dari Allah kita bisa mengatasinya.Jiwa yang sakit,mesti ditelusuri dulu darimana asal muasalnya, apakah dari kekecewaan..?? kesedihan yang berkepanjangan..?? amarah..?? dendam..?? tidak menerima kenyataan diri..??.Karena karakter-karakter tersebut, bisa dengan mudah merubah perilaku atau karakter baik menjadi karakter yang terburuk.Innalillah...

Sepertinya keimanan dan keilmuan dalam mendalami Islam,juga sangat berperan disini. Jiwa yang sedang sakit, memang membutuhkan sebuah advise untuk bisa memotivasi diri untuk pulih. Tidak bisa orang lain atau pihak lain yang berperan gencar dalam proses penyembuhan tadi, tapi harus diri kita sendiri. Berfikir cerdas, dan tidak perlu gengsi dan egois dengan tetap berlindung dibalik karakter buruk kita. Hey..kita hidup berdampingan dengan orang lain, bukan hidup sendiri. Kehidupan sosial kita tidak terlepas dari lingkungan. Akankah mereka kan nyaman, dengan keukeuhnya kita atas karakter buruk kita, tentunya tidak khan?? Coba renungi, jika ada orang yang berkarakter buruk pada kita, akankah kita nyaman??

Banyak bersyukur, mencari kelebihan kita namun bukan untuk kesombongan, berfikir positif atas tindakan orang, terus mengasah diri dengan keilmuan, melihat sekitar bahwa masih ada orang yang mempunyai kekurangan dibanding kita, berusaha ikhlas atas sikap orang lain kepada kita, hilangkan prasangka2 negatif atas reaksi orang. Tersenyum mungkin bisa mengobati sedikit demi sedikit rasa sakit itu.Bismillah..dengan hati yang selalu lapang,perlahan karakter buruk itu akan sirna.

Nah..itu dari sisi intern kita, lalu..bagaimana jika di pihak yang mendapatkan perilaku buruk orang.

Waah..wah,,ini dia yang butuh energi lebih, menghadapi orang yang selalu berprasangka buruk, iri, dengki, tidak suka akan kebaikan orang, tidak ada satupun dari kita yang bisa membahagiakan dia, tidak ada satupun yang menarik dari kita,benci dan dendam pada kita apalagi jika kita membantunya dan lain-lain.

Padahal, ana yakin..setiap diri itu fitrahnya baik, tidak mungkin lah..dia berbuat itu jika tidak ada faktor pemicunya. Lalu..akankah terus, melakukan keburukan sepanjang hidup yang singkat. Useless..sia-sia..!! terus sibuk mengurusi orang, padahal waktu terus bergulir meninggalkan kita. mencari berbagai cara, dengan dalih untuk penyembuhan diri, tapi terus bersikap buruk pula ke orang lain. Na'udzubillah.

“Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang karenanya.” (QS. Ali Imran: 120)
“Apakah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya?” (QS. An Nisaa’: 54)

Sebagai manusia biasa yang awam dan dhoif, tentunya masih terbesit untuk melawan keburukan2 yang ada. Tapi, bila kita yakin Allah masih ada Allah yang senantiasa melihat kita dari setiap detail tingkah laku kita. Kesombongan jangan dibalas dengan kesombongan,kejahatan fisik atau sekedar kata2 yang kasar sekalipun, jangan dibalas hal serupa. Berilah tausiyah yang seperlunya, atau lebih baik "diam" dan terus berharap ada perubahan yang signifikan. Ingat yaaa..do'anya pun harus tulus, jangan pernah ada terbesit sedikitpun keterpaksaan.

Tapi, terkadang...sangat sulit memberi nasehat kepada orang yang sudah terjangkit penyakit hati tadi. Belum tentu loh..dia itu orang yang kadar amalnya dibawah kita, belum tentu juga ia dari golongan rendahan, yang namanya penyakit hati bisa terjangkit dari kalangan manapun, dari orang terdekat, kerabat, teman sejawat, atau sekomunitas.

Karena itu, diberi atau tidak, didiamkan atau ambil tindakan tidak ada yang benar. Hmm..jadi teringat, kisah berikut..pas sekali, momennya, ustadz bercerita ini.


Pada suatu hari luqman bersama anaknya pergi ke pasar, dia berdua dengan anaknya mengendarai seekor khimar, namanya juga jalan menuju pasar tentunya ramai dan sering ketemu orang-orang baik yang berangkat maupun pergi ke pasar, anda tentunya tahu kalau khimar itu kecil daripada kuda, dan agak menghawatirkan jika dinaiki dua orang, seandainya anda bisa kembali kezaman luqman mungkin anda akan setuju dengan orang-orang yang saat itu bertemu dengan lukman dan anaknya yang mengendarai satu khimar, mereka bilang " weh-weh-weh orang ini nggak punya perasaan terhadap hewan, khimar kok dinaiki dua orang".

Mendengar celoteh orang yang dijumpai dalam perjalanannya, akhirnya luqman turun dari khimarnya dan membiarkan anaknya duduk diatas khimar sementara sang ayah memegang kendali sambil berjalan kaki, menurut anda, jika anda bertemu dengan hal semacam ini, apakah anda akan membenarkan ataukah anda akan bersikap seperti orang-orang yang menemui luqman dan anaknya pada kali keduanya, mereka berkata : "waduh-waduh, benar-benar tidak sopan anak ini, dia naik khimar santai sedangkan ayahnya menuntun sambil berjalan kaki".

Luqman juga manusia, mendengar kata seperti itu tentunya, perasaannya tergugah untuk bersikap yang benar terhadap kendaraan yang satu itu, kemudian luqman naik khimar dan anaknya yang memegang kendali sambil berjalan kaki, dangan harapan orang tidak lagi menganggap anaknya tidak punya sopan santun terhadap orang tuanya. Setujukah anda dengan sikap luqman yang ketiga ini? Ataukah anda akan mendukung orang-orang yang bertemu mereka kali ketiga dan berkata : "Loh-loh-loh, kok ada orang tua yang naik khimar dan anaknya disuruh menuntun khimar, dimana pikirannya".

Serentak luqman meloncat turun dan memutuskan untuk sama-sama berjalan kaki bersama anaknya dan membiarkan khimar tidak dinaiki siapa-siapa, sebab setiap ketemu orang selalu saja salah dalam mengambil keputusan, akhirnya mereka berdua berjalan kaki dan menuntun khimarnya, kira-kira apakah anda mendukung keputusan yang diambil luqman tersebut? Sebab jika dua orang naik satu khimar orang akan bilang tidak punya rasa terhadap hewan, jika anaknya yang menaiki dan ayahnya menuntun khimar, orang akan menganggap anak tak punya akhlaq, jika sang ayah yang menaiki dan anaknya menuntun khimar, orang akan bilang ayah tak sayang anak, bagaimana apakah anda setuju dengan keputusan tersebut?

Luqman akhirnya ketemu dengan orang-orang pada kali keempat, sambil berkata : "ha ha ha, orang ini bagaimana? Ada kendaraan(khimar) kok nggak dinaiki malahan milih jalan kaki, dan khimarnya dituntun". Mendengar hal tersebut kemudian luqman dan anaknya berhenti dan mengambil keputusan terakhir, bahwa apapun yang kita putuskan akan mengandung resiko, bahkan ketika kita diam disini pun nanti orang akan bilang "ngapain dua orang dan seekor khimar diam disini".

Sekarang sudah jelas, bahwa lakukanlah apa yang kau putuskan dan semua itu punya resiko, jangan terlalu takut dengan kritikan orang, sebab apapun yang anda putuskan tetap saja orang lain akan mengkritik bahkan anda diam pun akan di kritik, lakukanlah yang terbaik dengan resiko yang paling kecil, mari menulis sebaik yang kita bisa, biar orang-orang itu tidak berkata : "dasar khimar! Bisanya cuman diam saja".



Hmm..bagus sekali..dalaaam benar penggambaran kisah tadi :P

Jadi, tidak perlu gusar, resah, apalagi kesal jika dipertemukan dengan karakter buruk orang ke kita. Ujung2nya malah jadi sakit hati, dan bisa saja kita jadi ikut melakukan hal yang sama dengannya, jangan terpancing emosi kita tetap jernihkan pikiran, jangan membalas atau melabrak,jangan menjelek-jelekkan,berbaik sangka, dan yang paling penting berusaha maafkan dan memahami mereka. Bisa..???

Membaca syair berikut, moga menambah deret keyakinan kita agar bisa menghindar dari karakter buruk..


Sesungguhnya orang-orang yang mulia lagi terhormat.. PASTI engkau jumpai banyak yang dengki kepada mereka. 
Dan engkau pasti tidak akan menjumpai orang-orang yang tercela ada yang dengki kepada mereka...

Sesungguhnya Anda tidak akan dapat mengekang mulut manusia untuk tidak menebar kebohongan tentang kehormatan Anda,


tetapi.. Anda mampu berbuat kebaikan dan menghindari ucapan dan kritikan mereka.
Selanjutnya terus mendo'akannya, semoga ada kekuatan Allah mengakhiri penyakit2 yang ada di diri kita semua.


Ya Allah..jauhkan hati ini dari sikap sedemikian..Lindungi selalu yaa Rabbi..Lindungilah dari peran dominan syaithon yang selalu mengganggu yang selalu berusaha menjerumuskan kita ke perilaku2 yang buruk...dan semoga selalu istiqomah berbuat kebaikan dimanapun berada.

Amiin..amin yaa Rabbal 'alamin.

Read More......

Wednesday, December 22, 2010

"My Mother"



Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Datang seseorang kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kpd siapakah aku hrs berbakti pertama kali ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Ia berta lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’, Orang tersebut berta kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Bapakmu’ “[Hadits Riwayat Bukhari (AL-Ftah 10/401) No. 5971, Muslim 2548]




Who should I give my love to my respect and my honour to
Who should pay good mind to after Allah
And rasulullah,

Comes your mother
Who next?
Your mother
Who next?
Your mother
And then your father [lyric continue…]

Coz who used hold you and clean you and cloth you
Who used feed you and always be with you
When you were sick stay up all night holding you tight
That’s right no other
My mother

Who should I take good care of giving all my love
Who should I think the must of after Allah
And rasulullah
Comes your mother
Who next?
Your mother
Who next?
Your mother
And then your father

Coz who used hear you before you could talk
Who used to hold you before you could walk
And when you fell who’d pick you up clean your cuts
No one but your mother
My mother

Who should I stay right close too listen most too
Never say no to after Allah
And rasoolilallah
Comes your mother
Who next?
Your mother
Who next?
Your mother
And then your father

Coz who used to hug you and buy you new clothes
Comb your hair and blow your nose
And when you cry who’d wipe your tears knows your fears
Whoooo really cares
My mother

Say allhamdulilah thank you Allah
Thank you Allah for my mother

Read More......

Saturday, December 11, 2010

Agar al-Quran Mampu Menjadi Resep Mengelola Kerumitan Hidup

Al-Quran akan menjadi penggugat kita di hadapan Allah SWT (hujjatu ‘alaina) manakala tidak diamalkan isinya


oleh: Shalih Hasyim



Al-Quran tidak cukup dibaca saja. Sekalipun membaca saja memperoleh pahala, dihitung setiap hurufnya. al-Quran akan menjadi penggugat kita di hadapan Allah SWT (hujjatu ‘alaina) manakala tidak diamalkan isinya. Membaca al-Quran harus dibarengi dengan memahami maknanya dan mengamalkannya dalam segala aspek kehidupan. Agar lahir kehidupan pribadi yang berkualitas secara lahir dan batin, keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, masyarakat yang diberkahi, negara yang aman, beberapa negara yang makmur, penuh ampunan Tuhan.

Namun realitasnya kini, umat Islam tidak mensyukuri nikmat al-Quran. Kitab suci ini belum dijadikan resep untuk mengelola kerumitan kehidupan, tetapi sekedar dijadikan mantra, sehingga tidak berefek apa pun pada perubahan pola pikir, sudut pandang, orientasi dan perilaku kehidupan dalam skala individu, keluarga, bangsa dan negara.

Yang lebih ironis, sebagian umat Islam memandang al-Quran diturunkan untuk orang yang telah mati. Ketika hidup firman Allah SWT tersebut disimpan rapat-rapat di almari. Baru ketika meninggal, minta dibacakan orang lain. Sikap tersebut menggambarkan bahwa al-Quran hanya dijadikan mantra yang bernuansa mistik, tidak dijadikan resep dalam mengelola pasang surut (fluktuasi) kehidupan di dunia ini.

Perlakuan kita terhadap al-Quran ini, mungkin menyebabkan krisis multidimensional yang bersifat mikro (‘azamat shughra) dan krisis global (‘azamat kubra).

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat ?" (QS. Thaha (20) : 124).

Maksud kehidupan yang sempit, adalah kehidupan yang didera/dibelit dengan berbagai persoalan dan tidak menemukan jalan keluarnya. Atau kehidupan yang serba cukup, dengan tersedianya makanan, pakaian dan tempat tinggal. Tetapi semua yang dimilikinya itu justru membuat lubang kehancurannya (istidraj). Sehingga dia tidak bisa memaknai dan menikmatinya. Adapula yang berpendapat, disempitkan liang lahatnya. Ketika meninggal, tempat peristirahatannya yang terakhir menolaknya, sekalipun sebelumnya lubang kuburnya telah diukur melebihi jasadnya.

Kiat Sukses Berinteraksi dengan Al-Quran

Untuk mengembalikan kita pada pola interaksi yang benar terhadap al-Quran, sehingga al-Quran kembali menjadi sumber kekuatan kita untuk membangun peradaban (iman dan islam), kiat-kiat berikut ini sangat perlu diwujudkan.

Pertama: Tilawah wa Tartil (selalu membaca dengan benar)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan secara lebih serius antara lain

• Dengan membaca al-Quran secara berkesinambungan akan menambah iman kepada Allah SWT

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman [sempurna ] ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (QS. Al Anfal (8) : 2).

• Mendatangkan petunjuk, menjadi obat berbagai penyakit di dalam dada, serta rahmat dan nasihat

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus (10) : 57).

• Suka membaca indikator mutu keimanan seseorang

"Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[tidak merubah dan mentakwilkan sesuka hatinya], mereka itu beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al Baqarah (2) : 121).


• Membaca secara tekun menambah kebaikan yang banyak, baik dalam keadaan miskin ataupun kaya

"Dan Ini (Al-Quran) adalah Kitab yang telah kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya." (QS. Al Anam (6) : 92)

• Membaca secara tartil akan mendatangkan perkataan yang berbobot, melepaskan manusia dari belenggu kesesatan, mencerahkan pikiran dan hati yang kalut serta merasakan kegembiraan dalam mengelola pasang surut (fluktuasi) kehidupan.

"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat." (QS. Al Muzzammil (73) : 5).

• Membaca secara berkelompok akan mendatangkan ketenangan dan rahmat serta syafaat pada hari kiamat (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua: Tadabbur (merenungkan isinya)

• Mentadabburi Al-Quran bisa membuka hati untuk menerima petunjuk Allah SWT dan memperoleh pelajaran yang sangat berharga

"Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran." (QS.Shad (38) : 29).

• Yang membaca Al-Quran tanpa dibarengi dengan tadabbur (merenungkan kandungannya) akan mendatangkan bencana

Ketiga: Hifz (menghafalkan)

• Al-Quran mudah dihafalkan sekalipun yang melakukannya bukan orang Arab (‘ajam), karena kata-katanya, huruf-hurufnya, susunan kalimatnya, uslub (gaya bahasanya) sesuai dengan fithrah manusia.

"Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?." (QS. Al Qamar (54) : 17, 22, 23, 40).

• Biasanya, sulit menghafalkan Al-Quran karena banyak melakukan dosa

Imam Syafii mengadu kepada guruku Waki’, atas kejelekan hafalan al-Qurannya. "Maka ia membimbingku agar meninggalkan masiat. Karena ilmu itu cahaya, cahaya Allah tiada akan diberikan kepada yang berdosa, " ujar Imam Syafii.

• Penghafal Al-Quran terhindar dari kepikunan, setelah meninggal jasadnya diharamkan oleh Allah SWT untuk dilukai bumi
• Hafalan Al-Quran akan mengembangkan saraf otak (penelitian di Universitas Munich, Jerman).

Keempat: Ta’lim (mengajarkannya kepada orang lain)

• Generasi yang dekat dengan Allah SWT adalah yang tidak berhenti belajar dan mengajarkan Al-Quran (QS. Ali Imran 3) : 79 )

"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah SWT], karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya."

Kelima: Istima’ (selalu mendengarkannya secara berkesinambungan)

• Yang senang mendengarkan Al-Quran adalah manusia pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala

"Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al-Quran kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" katakanlah: "sesungguhnya aku Hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al-Quran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al Araf (7) : 203).

Allah SWT memberi satu mulut dan dua telinga adalah untuk mendidik manusia supaya sedikit bicara (hemat kata) dan banyak mendengar (perkataan ahli hikmah). Kualitas kepemimpinan seseorang diukur tidak dari banyaknya meriwayatkan (katsratur riwayah), tetapi banyak melayani yang dipimpin dan mendengarkan aspirasinya (katsratur ri’ayah wal istima’).

Orang yang tidak senang mendengarkan Al-Quran cenderung menutup diri, sehingga dijauhkan dari petunjuk, sebagaimana umat Nabi Nuh as. Mudah-mudahan,kita bukan dari bagian itu

Read More......

Thursday, December 9, 2010

Kisah Sedih dari Makhluk Allah

Kisah ini merupakan kisah tauladan, sangat inspiratif dan mendidik. Kami mengutipnya dari akun facebook milik Ukhti Jeanny Dive, semoga bermanfaat.
Bismillaahir rohmanir rohiim. Assalamu'alaykum warohmatullahi wa barokaatuh.


Saudara-saudariku tercinta yang dirahmati oleh Allah ta'ala...


Sesungguhnya seluruh makhluk ciptaan Allah ta'ala itu, pasti akan dihimpun kembali oleh Allah pada 'yaumul qiyamah' nanti. Binatang, tumbuh-tumbuhan, hingga makhluk ghaib yang tidak tertangkap oleh indera kita sekali pun, juga merupakan makhluk-Nya yang berkaum-kaum dan umat sebagaimana kita selaku manusia. Untuk itu marilah kita saksikan firman Allah ta'ala yang menyebutkan perihal ini :

"Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Allah mereka dihimpunkan." (QS. Al-An'aam {6}:38).

Oleh karena mereka juga umat seperti kita, maka (semisal) binatang, tentu di antara mereka juga terdapat naluri rasa kasih dan sayang, serta saling mencintai di antara sesama jenis atau kaumnya. Begitu juga sebaliknya, bisa jadi mereka saling membenci bahkan saling membunuh! :'( Maka sebagai makhluk (sejenis) yang bersaudara, tentu saja kita ingin mengetahui "kesamaan" kita dengan binatang, dalam hal peranan cinta dan kasih sayang di antaranya.

Untuk itu duhai saudara-saudariku tersayang, saksikanlah adegan-adegan gambar berikut ini:




Tampak seekor burung betina terseok-seok di sebuah jalan raya. Bisa jadi ia sakit, sehingga tidak mampu mengepakkan sayapnya untuk terbang. "Ooh... kemanakah engkau mencari makanan wahai suamiku.." ucapnya lirih ~~~



"Istriku, maafkan aku telah membuatmu lama menungguku. Sekarang makanlah ini dulu, semoga dapat menguatkanmu, dan kamu dapat terbang agar kita segera pulang.." ajak sang suami kepada istrinya, dan berusaha menyuapi makanan yang di bawanya. Namun kondisi sang istri kian melemah, semakin lemah, lalu terbaring...





"Wahai istriku, mengapa engkau tak memakan makanan yang aku suapi? Dan mengapa pula engkau tidur di jalanan ini? Ayolah istriku, mari kita pulang..." Sang suami pun berusaha mengangkat tubuh istrinya yang sudah terkulai dan tidak bergerak lagi....


Mendapati istrinya yang sudah tidak bergerak dan terbujur kaku, barulah sang suami menyadari bahwa istrinya... telah mati!  "Istriku... bangunlah, bangunlah sayang... Jangan engkau tinggalkan aku seperti ini..." jerit sang suami...




"Yaa Allaah... hidupkanlah kembali istriku yaa Allah, hidupkanlah kembali yaa Allah... huu..huuu..." ratap sang suami memohon kepada Rabb-nya.

Namun akhirnya suami burung itu menyadari, bahwa pertemuan, jodoh, rezeki, dan maut merupakan kehendak dan ketentuan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Maka sang suami pun akhirnya pasrah dan berdoa... "Yaa Allah, bila ini sudah menjadi ketentuanmu, maka aku ikhlas. Ampunilah kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan oleh istriku, dan tempatkanlah ia di sisi-Mu yang terbaik. Yaa Allah, bila engkau mengizinkannya, pertemukan dan satukanlah kami kembali di Jannah-Mu. Sungguh aku mencintainya karena-Mu yaa Allah, maka dengarkanlah permohonanku ini. Inna lillaahi wa inna illaaihi rooji'uun..."

Wahai saudara-saudariku yang semestinya saling mencintai karena Allah...

Tidakkah engkau merasa malu ketika mendapati keberadaan suatu umat, dimana mereka sesungguhnya tidak memiliki akal, namun hanya dengan menggunakan nalurinya saja, mereka mampu bersaudara dan saling mencintai di antaranya...!?

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman : "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (dienul) Allah, janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Ali Imran {3}:103).

Wahai hamba Allah yang semestinya bersaudara, hentikanlah permusuhan sesamamu. Jadikanlah perbedaan dan khilafiyah itu,sebagai rahmat yang memang ditakdirkan oleh Allah ta'ala untuk kita. Maka yakinlah wahai saudara-saudariku tersayang, bahwa Ukhuwah Islamiyah dan rapatnya barisan umat, merupakan KEMENANGAN Dien Islam yang sesungguhnya.

Yaa Allah, saksikanlah... ^_^,

Billaahi taufik wal hidayah,

Wassalamu'alaykum wr.wb.

~∂eanny♥divΞ

Source: http://arrahmah.com/index.php/blog/read/9821/kisah-sedih-dari-makhluk-allah#ixzz17aHK6bdy




Read More......